-->

Hutang day 1/7 - Menulis day 1


Ini adalah pertama kali aku menulis sejak menyelesaikan dwc  jilid 22. Di mana mungkin memang keteledoranku untuk tidak mengerjakanya dengan disiplin. Begitu menyentuh hari pertama tidak dwc. Bagaikan libur panjang yang tidak terlimpahkan. Padahal pasalnya aku emang pengen jadi penulis dan wajib banget untuk menulis sebanyak 1000 kata setiap hari. Jadi di penulisan penebusan ku ini aku akan ngeles mengapa aku nggak menulis selama beberapa hari terakhir sebanyak 1000 kata. Semoga aku bisa menulisnya dengan singkat padat jelas dan tidak bertele-tele dan tentu saja sebelum jam 12. Selain itu aku juga harus menembus 6 tulisan hari ini. Ini akan menjadi tulisan pertamaku. Karena bentar lagi otw penembusan 7 tulisan. Huhu.
Kalo dari sisi ide tulisan, karena kemarin harus nulis sebanyak 30 hari. Aku mau gak mau. Setiap ada sesuatu yang terbesit di otakku. Langsung aku berpikir, “wah, ini bisa jadi ide tulisan gak ya.” Sering banget sayangnya gak aku tuliskan dimanapun dengan harapan untuk memakai labirin ingatanku yang katanya genius. Tetapi, tidak kunjung digunakan dengan kapasitas maksimumnya.
Dari segi pengolahan ide dan cara mencari ide aku sedang menerapkan du acara. Pertama, brainstorming jadi ditulis seperti kerangka pikirannya seperti apa tulisan itu akan dibuat. Sedangkan cara kedua, adalah dengan menggunakan 6 topi berpikir. Jadi melihat tulisan itu dari beberapa topi, bahkan dalam buka live revolution by tung desem waringin.
Ke enam topi itu terdiri dari :
1.      Topi putih (topi fakta) : data, angka, bukti
2.      Topi merah (topi perasaan) : intuisi, pengalaman, suka/tidak suka (“Menurut saya, gak  tau mengapa ya, saya merasa”), kesimpulan
3.      Topi kuning (topi positif) : manfaat, hasil apa yang diinginkan. (percaya diri, tidak banyak pertimbangan, tidak waspada, berani)
4.      Topi hitam (topi negatif) : menghakimi, kritis, risiko (takut bertindak, hati-hati)
5.      Topi hijau (topi kreativitas) :  banyak alternative (bingung karena banyak pilihan)
6.      Topi biru (topi kontrol) : urutan berpikir
7.      Topi abu-abu(topi netral) : banyak cara berpikir yang disampaikan
8.      Topi polkadot (Topi humoris) : humoris, cengengesan, menjernihkan pikiran
Itulah beberapa topi yang ada disertai dua bonus topi yang baru. Apakah bisa ditambahkan dengan beberapa topi lain seperti topi arsitek. Tetapi, mungkin condongnya ke topi biru karena mereka harus memikirkan banyak dan segala aspek luar dalam. Aspeknya apa aja. Kalo mau runtut sih harus dari segi user analysis. Dan seterusnya.
Waduh udah mau jam 12. Kasih 15 menit lagi ya buat nyelesain.
Ngeles ku yang lain adalah aku tidak menyempatkan untuk berpikir. Karena beberapa waktu yang lalu, memikirkan untuk semangat arak-arakan wisuda. Yang waktunya itu sayangnya bertabrakan dengan acara lain. Dan saat dilihat lebih rinci lagi. Ternyata wisudanya akan dibatalkan. Dan itu bilangnya paginya. Padahal udah banyak banget persiapannya yang sudah matang dan tidak bisa diubah dengan sebegitu mudahnya. Panitia-panitia yang udah standby dan gak di perboleh kan datang tamu yang rame.
Yah, ini tidak lain dan tidak bukan karena virus corona. Awal mula virus ini menyebar. Oke aku hanya takut. Karena dia berasal dari china dan kabarnya merupakan perpaduan sars dan mers. Yang mula nya berasal dari kelelawar yang sakit. Tetapi, aku pikir memang kasihan wuhan sampai harus di lockdown. Kemudian ada perjuangan untuk memulang kan warga WNI dari wuhan karena kasihan tidak berkumpul dengan keluarganya. Sementara kita sendiri harus juga berjaga jarak dan mengisolasi mereka saat pertama kali kedatangannya. Hal ini tidak cepat disadari dan berlanjut. Ke virusnya tiba-tiba kena ke Menteri luar negeri dan anak anak pertukaran pelajar yang baru datang.
Mulanya mengira kita tidak akan mudah terkena karena memiliki antibodi yang kuat seperti istilah makanan dari bawah aja bakal dimasukkan kembali ke mulut. Tetapi ternyata nyatanya tidak. Saat itu juga. Pemerintah memberikan edaran untuk setiap civitas akademik untuk melakukan pembelajaran online ataupun meliburkan sekolahnya. Wah ini berlaku buat anak playgroup sampai dengan kuliah.
Heboh bukan main, orang-orang disuruh untuk tetap dirumah dan tidak bepergian kecuali terpaksa. Tetapi,sayangnya banyak pekerjaan yang ada di indonesia itu masih tradisional dan tidak menggunakan mesin. Sehingga kalau tidak bepergian berarti tidak ada yang yang masuk. Maka, tidak bisa makan dan minum untuk keluarga maupun diri sendiri. Penjabat disuruh kerja di rumah. Tetapi , rakyat kalo kerja di rumah. Gak akan makan. Gimana dong!
Kemudian ada beberapa orang melakukan panic buying dan sisanya hanya menutup kedai nya sehingga akses makanan menjadi berkurang. Padahal pemasukan tidak ada, apalagi yang sejenis freelancer. Job jadi berkurang. Padahal ini perut harus diisi terus.
Lalu, orang-orang berusaha untuk kembali ke rumahnya masing-masing dengan pulang ke kampung. Karena ada isu penglipuran selama satu semester. Namun, banyak tugas yang tidak tersampaikan dan tidak tergantikan dengan baik. Kiranya akan sama baiknya tetapi tidak. Apa;agi sifatnya streaming. Kalo internet gak lancar. Kelasnya gak lancar. Tetapi, tugas harus tetap dikumpulkan dengan penyampaian yang buruk karena kurangnya sengse dan kepekaan daripada harus datang langsung dan mengerjakan.
So, dapat dilihat sendiri ini artinya covic 19 yang merupakan keluarga dari corona ini membawa pikiranku ke mana-mana dan membuat diriku tidak fokus.
Aku lebih panas lagi karena tidak ada briefing dari its awalnya mengenai kuliah online ini sehingga platformnya menjadi banyak sekali. Banyak mediannya dan bahkan ada beberapa media baru yang tidak langsung ahli kita gunakan. Tetapi menggunakan zoom adalah pilihan yang tepat. Karena aku  menemukan beberapa fitur zoom yang tidak ditemukan di hangout, mett, google classroom ataupun sekadar video call dari line dan wa biasa. Karena di sini bisa di mute dan unmute sesuai dengan kebutuhan dan keinginan kita.
Tetapi, aku juga agak sedih setelah mendapatkan kritikan dari temanku. Emang bisa dibilang aku udah lama gak nulis berita dan dicampur dengan Bahasa yang puitis. Sehingga kalimat nya acak-acakan dan tidak dapat dikatakan dengan benar. Sebenarnya kalo mau dikatakan aku padahal pingin ambil alih bidang jurnalistik di tempatku dan ikut menggabungkannya dengan keahlianku yang lainnya tetapi belum muncul dan mengemang aja. Aku sempat terpikir untuk membuat tutorialnya dan seolah -olah ngajar dan ada muridnya.
Bahkan aku sudah punya aplikasi baru yakni ots dan filmora untuk membuatkan pembelajaran online ini. Semoga besok bisa kepake dan aku akan coba-coba serta upload I youtube walaupun seadanya. Daripada nunggu bagus. Tetapi ngak di upload dan diperkenalkan. Hitung-hitung latihan karena bisa ditanggapi oleh orang juga disitukan ya.
Ini sepertinya aku emang harus mengulang tulisanku. Karena aku sendiri sadar. Kalo ini tidak terstruktur. Sehingga di akhir kata. Aku sendiri bertanya ini ngomongin apa sih. Corona, kuliah online, kuliah menulis, percobaan aplikasi baru atau apa? Kok banyak banget inti paragrafnya tetapi gak ada satu kesimpulan terpadu yang menyatukan mereka semua? Setidaknya aku sadar kalo tidak ada kesimpulan dalam hal ini.



0 Response to "Hutang day 1/7 - Menulis day 1"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel