insecuritas menulis
Insecuritas menulis.
Menulis adalah cara merawat ketakutan. Menulis bagiku adalah hal yang aku sukai sekaligus aku takuti. Aku suka banget seluruh prose menulis. Proses menulis membuat aku merasa lebih lega dan bisa berpikir dengan lebih jernih kadang emang hanya jadi rencana. Tapi, bahkan berpikir saja Kalau kita akan menulis. Bisa membuat lebih lega.
Tapi mungkin kelemahanku, aku gak pernah menulis untuk orang lain rasanya. Setiap tulisanku ku tuangkan dengan tujuan untuk menuangkan pikiranku aja. Biar dia gak cuma dikepala aja. Punya nama dan punya sebutan. Jadinya, aku agak terkejut juga dengan reaksi para pembacku, apalagi mentor dan panutanku saat membacanya.
Bukan cuma sering mendapat kritik kalau tulisannya tidak layak buat orang lain. Tapi juga di bilang gak bisa kebaca apa inti yang mau dibicarakan di akhirnya atau bahkan keseimpulannya. Sehingga sering membuat orang bingung. Aku padahal sudah mengusahakan untuk hampir naro semua pokok pikiran paragrafnya di depan. Tapi apa daya, kadang tetap aja agak semberaut.
Hanya angan-angan emang untuk bisa menerbitkannya atau bakal dibaca orang lain.
Mungkin suatu saat akan terealisasi. Belum di realisasikan sekarang memang, tapi suatau saat nanti. Hal yang belum menjadi bayangan adalah ketika tulisan itu merasa dia berbicara kepada aku.
"aku tidak ingin hanya menjadi tulisan biasa. Aku sudah mantap dan siap ketemu dengan pembacaku. "
Aku jadi mikir, kalau tulisanku gak pernah aku rombak, baca ulang, atau edit. Gak cuma pke topi freewriting aja. Tapi pke, topi editor juga. Menghianati usahaku untuk jadi penulis dong. Apa aku gak sayang sama diri sendiri?
Jadi walaupun belum enak di baca, aku pelan-pelan mulai edit lagi dan berani mempublishnya. Gak ada hal lain yang aku rasakan kecuali kepuasan. Menulis cerita rasanya seperti memasak. Membuat cerita rasanya seperti merakan diriku sendiri. Rasanya seperti membuat karya. Sesuatu itu ada karena aku buat. Sehingga membuat aku tidak terlupakan.
Sekarang pemikiran itu masih ada. Tapi pemikiran itu tetap perlu ada. Walau harus aku pelihara agar tidak menjadi lebih buas. Dampaknya memang tidak se-spektakuler dan semematikan itu tapi bisa membuat kita lebih aware kalau ada hal yang harus diperhatikan disini. Jadi gak kalap, ketakutan itu tetap diperlukan gengs.
Kedepannya jika insecuritas ini muncul, atau pemikiran ini akan muncul lagi. Gak papa, tapi tetap aja menulis, dan publikasikan. Siapa tau juga bisa jadi amal jariah kelak diakhirat nanti. Apalagi kalau kita punya tulisan yang memberikan manfaat pada orang lain.
Karena tulisan itu buah dari pemikiran kita. Apalagi kalau pemikirannya bisa lebih bagus daripada aslinya. Bakal lebih bagus kedepannya. Sebagai orang yang kreatif. Kita harus kereatif juga dalam belajar, kreatif juga dalam memupuk securitas ini. Karena insecure ini juga diperlukan. Biar kita tetap bisa bercermin dan terus meningkatkan diri.
Kalau dalam beberapa masa terpuruk, kadang aku berhenti total. Bisa sampai setahun. Kadang bisa berjangka lebih lama lagi. Hanya melakukan istirahat tanpa tujuan yang jelas.
Padahal ada banyak hal yang bisa aku lakukan untuk membuat kita terus maju. Jangan sampai orang-orang tercinta yang sudah lebih bersemangat daripada kita mengerjakan duluan dan kita hanya begitu-begitu aja. Atau lebih surut. Nanti orang tersebut akan kehilangan semangatnnya juga. Kalau kalaian punya support system atau orang yang mendukung keinginana kalian. Maka kalian adalah golongan lucky person okey :)
Best wishes for you guys.
0 Response to "insecuritas menulis"
Post a Comment