Wangsit pertuah dari ayah- Menulis Day 6
Kemarin, adikku menelpon tengah malam. Karena aku sudah terlelap
sejak sholat isya. Aku mengira sudah pagi. Ternyata masih jam segini. Tapi juga
aneh kenapa adikku menelponku malam-malam begini. Bukan saja kami sudah
sama-sama dewasa. Sehingga adikku ini gengsi untuk bertegur sapa denganku. Dan juga
sikap ku sendiri sebagai seorang kakak yang gengsi ditelpon saat moodnya lagi
kurang bagus.
Jadi selalu berusaha untuk power up suasana hati. Agar selain
terdengar menyenangkan untuk orang yang berada diujung dunia lain. Tapi juga membuat
diriku sendiri senang.
Kini sampai ke tengah pembicaraan kami. Mula-mulai dia
bertanya. Apakah diriku sedang sibuk
“tidak jawabku” karena dalam benakku sangat jarang dia
menelpon
Ternyata dia baru saja pulang jam 12. Dan berhasil dengan hebat
mematahkan kunci pintu. Padahal si pintu ini adalah penurunan dari jaman dulu. Yang
sebenarnya sangat tidak mungkin untuk dirusak.
Tapi, secara ajaib dia berhasil melakukannya. Karena kekuatan
supernya itu, dia tidak berhasil mengendalikan amarah dan mengusir hal yang
membuatnya tidak yaman. Disitu aku juga agak sempat terheran-heran.
Kemudian aku ikut bercerita tentang. Tidak apa-apa untuk
takut dengan hari esok. Dia tidak bisa tidur karena memikirkan kesalahannya. Dia
menggunakan telpon biasa. Sanking shock dan takutnya. Sepertinya.
Kemudian dia bercerita bagaiman maarahnya yang tak terkendali
bisa terjadi dan penyelesaian yang dia ingin lakukan. Walaupun aku menyadari
dia tidak berhasil melakukan apapun disitu. Jadi yawes. Karena kadang kita
hanya ingin menggunakan otak reptile kita. Yang merasa teracam jika ingin dalam
kondisi mematikan. Disini kondisinya belum mematikan tapi bukan berarti tidak
berbeabhaya juga. Oke mari kita lanjutka di kesempatan berikutnya.
#30DWC
#30DWCJilid22
#Day6
0 Response to "Wangsit pertuah dari ayah- Menulis Day 6"
Post a Comment