Kemarahan 2/300
Tulisan hari ini berjudul kemarahan
Pernahkah kalian marah dan jijik bersamaan. Hal terebut
dikarenakan kesal tak menentu. Tapi hal paling besarr karena sumber kekesalan itu
berada disekitar kita. Kalau gitu menjauh? Bisa saja. Tapi ada yang diperjuangkan
disini? Ada kan? Makanya aku tidak pilih untuk menjauh atau lepas. Aku bisa aja
minggat karena marah.
Orang-orang bilang utamakan anak-anak. Aku tau banget I’m loved.
Aku tau? Aku kadang suka lupa. Lupa karena tidak pernah mensykurinnya mungkin. Banyak
orang yang berjuang dibalik namaku untuk menjadikan aku yang seperti sekarang.
Misalnya teman sayembaraku yang not give up on me meskipun
aku sudah bertingkah diluar batas. Sering menghilang dan tidak mengerjakan tugas.
Untung mereka mengerti. Bisa aja dengan gampang aku dibung dan digantikan. Maafkan
aku teman-temanku. Aku akan berusaha dengan lebih baik lagi.
Aku juga harusnya menysukuri dengan keluarga besarku. Banyak
keputusan mereka ikut khawatir dan juga ikut terlibat besar didalamnya. Selalu mengingatkan
untuk mempertimbangkan anak kumun ka.
Dosenku juga sangat menyayangiku. Aku juga merasa tuhan sangat
menyayangiku. Kita sedang diuji agar naik kelas bukan? Tapi aku ngak pingin
naik kelas cepat-cepat Tuhan. Tapi ngak pingin juga tinggal kelas. Rasnya hidup
yang kemarin amat nyaman seketika berubah.
Haha, hidup oh hidup.
Allhamdullillah Ya Allah, aku masih diberikan keluarga yang
baik dan pikiran yang jernih. Serta orang-orang disekitarku yang tetap keep
calm. Mencoba melihat ini secara terbuka dari garis besar yang baik pula. Sehingga
tidak semua hal langsung dapat ditemukan demikian.
Saat pintu dibukan dan kita mengetahui ada orang didalamnya.
Sangat terkujut. Sangat marah. Seolah semua sel kebaikan dalam diriku telah
tiada. Aku heran deh. Ada ya orang yang ngak punya malu? Ngak semua orang
miskin tuh ngak punya harga diri. Tapi apa jika dia kehilangan harga dirinya
karena perbuatannya sendiri. Dia tidak bisa lagi menggunakan akal sehatnya?
0 Response to "Kemarahan 2/300"
Post a Comment