dear diary read more 3x
Dear diary hari ini tanggal 27 september 2024. gak terasa kalau 2 tahun lalu aku masih lala lili di balikpapan nemenin ayahku dinas bersama adikku. umumnya kita gak dibawa. tapi ayah gak mau kalau gak ada orang dirumah. kita pasti dibawa. itu adalah salah satu prinsip ayah. yang kayaknya ayah juga agak lupa kalau dulu kita gak boleh di tinggal-tinggal. singkat cerita,
singkat cerita, hari ini jam ini. posisi sedang agak gunjang ganjing dan membingungkan. aku kadang merasa masih terjebak dalam ingatan ku di umur 24 tahun. padahal sekarang aku otw 26 tahun. ya ampun, umurku sama kayak biodonat adek kak sabrina (istri ceo ruang guru).
kita mulai dari keluarga, karir, dan diri sendiri ya.
keluarga, saat ini ibu dan ayah berstatus bercerai. karena apa? kalau dari ayah, karena udah gak sepemikiran lagi dan gak seprinsip lagi. ayah merasa dibodoh-bodohin dan dicurangi. sementara ibu, dia punya pemikiran yang berbeda mengenai keluarga seharusnya. dia merasa diinjak-injak. karena harusnya suami hanya memberikan seluruh dirinya ke istri yang saat itu kemudian hanya menyayangi anak dari istri barunya. bukan anak kandungnya.
jujur, aku gak pernah dengar juga cerita ayah kandung masih sayang sama anak kandung. ketika orang tuanya sudah bercerai. kausus itu bagai 1:1000. aku blast gak pernah dengar. bahkan anak yang paling disayanginya juga biasa ditelantarkan, karena sakit hati sama istrinya.
jadi, udah bukan hal yang mengherankan lagi. kalau ibumu mendinggal. terus ayahmu nikah lagi. kamu artinya sebatang kara. dan itu yang awalnya aku takutkan. jadi apa aja yang mau dikasih saat itu, aku terima-terima aja. termasuk uang. apalagi uang. karena hal paling penting yang gak buat aku mandiri itu adalah uang.
buat cewek ada dua cara cari uang. satu, menikah dengan pria kaya raya yang mau membiayai kamu dan anak mu. syukur kalau dia juga sayang sama kamu sebagai istrinya atau bahkan anakmu sebagai anak kandungnya. di aceh banyak sekali kalau udah cerai. suaminya gak mau lagi biayai anak-anak kandungnya sendiri. walau itu kewajiban kedua belah pihak. cara kedua, adalah dengan mendapatkan pekerjaan yang layak. aku sangat berusaha di pekerjaan yang layak ini.
ibu achdalena, selalu berkata aku harusnya udah nikah dan punya anak sekarang. bukan masih sama orang tua. karena aku perempuan. bahkan kalau aku ikut orang tua, harusnya aku yang masak-masak sama bersih-bersih rumah. ibu achdalena harusnya terima jadi aja dan bisa tidur-tidur di kamar. karena dia sudah tua. sudah waktunya pensiun. maka dari itu harusnya punya banyak uang. makanya dia perlu banyak uang.
jujur, kadang banyak hal yag aku lakukan. aku jadi terngiang-ngiang apa yang dibilang oleh ibu achdalena. dan sangat terbatasi kebahagiaanku karena ini.
anak-anak beliau bukan saudaraku. bahkan untuk memperlakukan aku seperti bukan orang asing aja itu bukan level mereka. mereka tidak menggap aku ada. maka dari itu, mungkin kedepannya aku juga gak akan menganggap mereka ada.
aku sangat-sangat beruntung juga punya ayah yang sayang banget sama anak-anak kandungnya. aku bukan tipe orang yang pendendam aslinya. jadi kalau udah sakit. kadang aku melupakan rasa sakit itu keesokan harinya. dengan cara terbaik. tidur.
tapi kadang melihat catatan-catatan ini membuat aku teringat kembali.
dari sisi aku bersih-bersih rumah. rasanya ngerjain di rumah 1 itu stress dan penuh tekanan. aku yakin harusnya gak ada yang berani bawa pulang makanan atau sekedar nyuci dirumah. karena ekspektasi dan suasana yang mencekam. apalagi duduk-duduk di luar. harusnya gak ada yang berani. aku dulu sempat duduk-duduk di luar kamar. di ruang tamu. habis itu aku kenak maki.
katanya ngapain duduk-duduk di luar, orang ini gak ada duduk-duduk di luar karena gak merasa nyaman disini (bang andri dan rihan). ibu juga selalu mengunci kamarnya. karena takut ada barangnya yang di curi. maka dari itu, mulai ayah dan ibu bercerai aku juga mengunci kamarku. sebenarnya harusnya tuduhannya gak cuma ke aku aja. karena pas itu bang andri masih ada di banda aceh. tinggal sama kita juga.
tapi, kayaknya semenderita-menderitanya bang andri di meulaboh. dia jauh lebih menderita dia banda aceh. kadang aku kasihan juga sama dia.
ayah setiap makan merasa sedih. karena ayah udah lama banget suka sama ibu achdalena. aku bisa ingat dari kelas aku 3 smp atau masuk 1 sma. jadi itu tahun 2014 mungkin. atau 2013. emang sudah hampir 10 tahun. jadi kadang kalau kita mau makan bareng (biasanya aku yang minta) ayah akan bilang "enak aslinya kalau kita bisa makan bareng-bareng sama ibu juga."
ayah jatuhnya kayak orang patah hati. cinta betepuk sebelah tangan, kalau kita lihat skenario itu. tapi, dari aku sendiri juga kasihan sama ayah kalau mempertahankan pernikahannya. walaupun akau diabwah umr dan bisa tanpa dibiayai sama sekali. kayaknya ibu berharap uang bulanannya yang dibilang di pake sama-sama. tapi sangat kurang sih pemakaiannya. coba dihitung, jaoab terakhir dia belanja buat rumah. aku yakin itu pas bulan lebaran kemarin, terus sekali lagi pas ada rihan kesini. masih hitungan jari.
tapi ibu mengharapkan bisa dibiayai secara lebih lagi. kalau gaji cuma 1 juta. minimal kasih ke ibu 9 juta per bulan. terserah mau dicari gimana. habisin semua tabungan aja lah! ngapain disimpan-simpan? mau kasih anaknya? emang ayah hari tua gak perlu uang sama sekali? apalagi sikap ibu yang kayak gitu? ibu gak ada bayar sedikitpun kan pas sama ayah. semua ayah yang bayarin. dia bilang cape dia harus nemen-nemenin. ya ....
sudah panjang banget aku kesalnya. kadang sampai gak tau harus berhenti kapan.
kalau aku bersih-bersih rumah. dan gak ada suara aja aku langsung bisa merasakan kebencian ibu sama aku. aku tau ibu benci sama aku dari awal. walaupun dia gak mau mengakuinya.
dia pernah menanatang aku, bilang dia gak ada pernah maki-maki aku. terus aku tanya kayak disebut "madu", "aku istri pertama-dia istri ke 2", "durhaka sama orang tua", "sengaja mencelakakan orang tua", "kompor dalam rumah tangga", "berhati busuk!", "harusnya udah nikah", "gak laku-syukur nanti kalau ada yang mau", "muka tua, karena suka ikut campur hubungan orang tua!", "diperlakukan sebagai istri", "kerjaan nya gak ada yang benar!", "masak kek gini-gini aja gak bisa-bisa!", "udah ikut sama ibu setahun, masak nasi aja gak bisa!", "dimaja gak karu-karuan sama ayahnya sampai gak punya sopan santun!", "gak ada etika, gak akan ada orang yang tahan hidup sama dila!-emang cocoknya hidup sendiri aja!", "rumah diperlakukan kayak kos, langsung masuk kamar gak ada bantu-bantu lagi. enak nya sendiri aja!", "ibu dirumah ini kayak pembantu, gak ada dihormati sama sekali.", " ibu di rumah ini bukan pelacur. saya ibu, istri sah! kamu anak. sadar posisi kamu dimana! - atau urus aja ayah kamu yang sudah tua! tidur aja sama dia!", "bilangnya kenyang-kenyang padahal habis itu makan berdua-dua sama ayahnya. pergi kemana-mana berdua-berdua sama dila! iayakan!? saya tau semuanya gak usah beralasan! insting ibu itu kuat! gak bisa dibodoh-bodohin!"
dst. dst.
aku sampai gak tau lagi. rasanya aku bisa nulis banyak sekali hal-hal yang menurut aku itu makian.
tapi kalau kita tanya sama ibu sekarang bilangnya aku salah dengar bahkan dibilang "mohon maaf ya pendengaran kamu itu kurang. saya bilang baik-baik pasti salah dengar terus! saya gak ada pernah bilang kek gitu. boleh bawa al - Quran. demi Allah saya gak ada bilang kek gitu. "
aku bilang bawa aja. orang emang ibu bilang kek gitu. terus gak dibawa dan bahkan dia gak mau bersumpah.
sangat sedihnya orang melihat bunda aku kayak pelacur. walau itu bukan cerita yang sebenarnya. karena bunda sangat menggantungkan hidupnya sama ayah. dan dia sangat takut untuk berpisah dan gak punya media untuk mengaktulaisasi dirinya. sehingga, ketika ayah dalam masa gemilanyanya di umur 30 tahunan. itu banyak banget cewek yang masu sama ayah. bunda jadi khawatir sampai ada cowok yang bilang dikasih tau kalau dia ada pegangan tangan sama dia. terus bunda langsung di depak. dan dia percaya.padahal, ayah dan bunda orang yang sama-sama baik. dan sayang sekali harus berakhir demikian. dan juga menyedihkannya adalah, bunda lebih sayang sama dirinya sendiri daripada sama anak-anaknya. itu adalah hal yang membuat aku berat menerimanya. padahal itu sama sekali gak salah. dan tidak mengurangi nilai bunda. bunda tetap adalah orang yang sangat baik dan aku sangat menyayanginya. semoga Allah membalas semua kebaikan bunda apalagi hal-hal besar yang terasa sepele diwaktu aku masih kecil. karena beranggapan, emang itu tugas bunda kan. masalahnya adalah, ketika keegoisan itu terpaksa mengorbankan aku. kepercayaanku terutama.
rasanya seperti Nabi Muhammad, yang sangat menyayangi pamannya. tapi memiliki keyakinan yang berbeda. Pamannya tetap keukeh sampai akhir tidak ingin membercayai islam. Tapi, nabi Muhammad tetap Islam. Sehingga, akhirnya Nabi Muhammad tidak bisa bersama dengan pamannya. karena beda kepercayaan. maut memisahkan. tapi, mereka tetap saling menyayangi hingga akhir hayat.
begitu lah cerita mereka.
seperti halnya Nabi Muhammad, orang-orang besar lahir karena banyak-banyak kejadian besar yang menimpanya. sehingga dia di buat menjadi lebih kuat oleh Allah. karena selalu yakin Allah memberikan cobaan sampai semampunya umatnya. dan tidak lebih.
kadang dengan datangnya cobaan aku merasa, sepi sendiri, tapi kita punya Allah yang selalu sayang dan bersama kita. Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. tempat kita berkeluh kesah.
aku takut minta doa dikuatkan. nantinya malah dikasih cobaan yang lebih berat. karena kadang rasanya seperti ranting patah. yang sudah disedot semua yang ada didam diirnya. tinggal wadahnya saja yang tidak berisi. dan sewaktu-waktu bisa patah. kalau telalu banyak beban yang di tanggung.
0 Response to "dear diary read more 3x"
Post a Comment