perihal undangan
Dek, Keknya untuk memberi nasihat kita harus menjadi orang yang lebih bijaksana. Bagaimana seseorang memperoleh kebijsanaan? Terutama soal Hal sosial..
Tadi pagi ayah bercerita, Kalau ayah bertelpon dengan nek cek kausar. Salah satu topiknya adalah pernikahan alvian. Ayah kurang setuju karena Alvian belum bekerja Dan saat mau berangkat s2 juga belum Tau disana bagaimana. Kemudian, adik alvian, Nadia kan baru masuk sma. Hal ini memicu gesekan dikeluarga.
Karena, dengan menikah artinya alvian sudah melepas statusnya Dari anak-anak menjadi dewasa. Dia gak bisa dapat hal-hal sebagai anak lagi.
Menikah jangan sampai pernikahan nya udah menumpuk hutang. Apalagi kedepan sehari-harinya? Karena pernikahan bukan acara satu Dua hari. Tapi dia ibadah seumur hidup. Yang perjalannnya panjang.
Alhasil, mendengar kabar Kalau dia diadakan tanggal 10 membuat kita terkejut. Karena Makwo (kakak ayah) baru aja menelpon beberapa hari yang lalu. Tapi tidak membahas apa-apa mengenai pernikahan alvian sama sekali.
Sudah menjadi prinsip ayah, Kalau acara sedih kita harus datang Tanpa diundang. Karena acara berkabung. Kalau acara senang-senang seperti ini tidak bisa Tanpa undangan. Karena benar-benar ketat hitungan undangan nya. Atau emang tidak ingin diundang karena tidak ingin datang. Hal yang menjadi pemikiran.
Tapi, Kalau dipikir panjang ini akan menjadi pernikahan pertama cucu saleha nash. Apakah nanti akan sama perlakuannya? Atau kita perlu saling berusaha untuk lebih sosial(?)
Namun, Kalau kita Tanya sedikit saja atau singgung. Itu seperti seolah-olah kita minta atau bahkan memaksa untuk diundang. Membuat yang punya acara (Kalau berhubungan baik) jadi gak enak gak ngundang. Atau ngundang dengan terpaksa biasanya.
Padahal ini acara senang-senang semi perayaan, Melepas status "jomblo". Harusnya acaranya diadakan dengan hati riang? Bukankah demikian?
0 Response to "perihal undangan "
Post a Comment